BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maju dan berkembangnya suatu bangsa
tergantung dari beberapa faktor diantaranya adalah pengetahuan dan tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat sebagai penduduk dari bangsa/negara
tersebut. Demikian pula dengan pendidikan tentang kesehatan khususnya
pengetahuan yang dimiliki oleh ibu hamil dalam mengatur laju pertumbuhan
penduduk. Pengetahuan
tentang kesehatan ibu hamil dapat diperoleh tidak harus melalui jenjang
pendidikan tertentu. Secara kodrati, selain alasan tertentu setiap wanita pasti
akan mengalami kehamilan, melahirkan dan menyusui. Untuk memperoleh pengetahuan
tentang kehamilan kini dapat diperoleh dan diakses melalui internet secara
bebas (Soekidjo, 2005). Dalam rangka menekan Angka Kematian Ibu
(AKI), pemerintah telah banyak menetapkan strategi maupun kebijakan berupa program
peningkatan kesehatan termasuk penigkatan asuhan antenatal care yang telah
lebih dikenal dengan ANC yang merupakan perawatan yang diberikan kepada ibu
selama hamil dan merupakan salah satu pilar dalam upaya “safe motherhood ”(sarwono prawihardjo, 2002:7). Tujuan
utama adalah mengurangi permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh Ibu dan Anak.
Selain mengembangkan ilmu dan tehnologi kebidanan juga meningkatkan pelayanan antenatal pada semua fasilitas
pelayanan kesehatan dengan baik dan bermutu serta menjangkau seluruh kelompok
sasaran.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah
satu indikator penting dalam menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat di suatu Negara, oleh karena
itu pemerintah memerlukan upaya sinergis dan terpadu untuk mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia khususnya mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) tahun
2013 yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran
hidup. Asumsi ini tentunya menjadi tantangan yang cukup berat bagi pemerintah
Indonesia (Depkes RI, 2007) Lahir
tumbuh dan berkembang kita dapat ketahui,
sedangkan kematian seseorang tidak kita ketahui kapan dan bagaimana cara orang
itu nantinya meninggal. Demikian pula
ibu saat melahirkan tanda–tanda baik dan buruk itu dapat kita lihat.
Jika saja waktu hamil ibu melakukan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) maka hal buruk tidak akan dialami ibu maupun bayi. Dalam pemeriksaan Antenatal Care ibu mendapatkan
pengetahuan dan pendidikan yang berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, menyusui
dan kembalinya kesehatan alat reproduksi serta menyampaikan betapa pentingnya
interval kehamilan berikutnya sehingga dapat tercapai sumber daya manusia yang
diharapkan (Manuaba IBG 2007:88-93)
Pemeriksaan
Antenatal adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan
janin secara berkala yang diikuti upaya koreksi/deteksi terhadap penyimpangan
yang ditemukan. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui
masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat. Cakupan pelayanan antenatal
dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan ibu hamil, yaitu gambaran besaran
ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan pelayanan K4 merupakan
gambaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar
paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada triwulan
pertama, sekali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga.
Pelayanan antenatal diberikan oleh dokter spesialis kebidanan, dokter umum,
bidan dan perawat selama masa kehamilan sesuai standar pelayanan antenatal yang
meliputi 10 T (sepuluh
T) yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi tetanus
toxoid (TT), ukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi minimal 90 tablet
selama hamil, tes penyakit menular (PMS), nilai
status gisi (ukur lingkar lengan atas), tentukan presentasi janin dan denyut
jantung janin (DJJ), tatalaksana kasus dan temu wicara
(Saifuddin 2006). Seperti diketahui bahwa dalam rangka meningkatkan
cakupan kunjungan, maka ibu hamil minimal harus 4 kali melakukan pemeriksaan
kehamilannya. Untuk mencapai cakupan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah :
1) Pendataan bumil yang tepat dan akurat, 2) Pembuatan kantong persalinan, 3)
Pemberian pelayanan antenatal, 4) Meningkatkan kualitas pencatatan pelaporan
serta pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi, dan 5) Menetapkan suatu peraturan/
keputusan yang mengatur kewajiban setiap keluarga untuk senantiasa melakukan
pemeriksaan terhadap seluruh keluarganya khususnya kesehatan ibu dan anaknya.
Berdasarkan hasil survey demografi dan
kesehatan tahun 2008-2009, Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Bila
dibandingkan dengan target yang dicapai tahun 2010 maka masih jauh dari apa
yang diharapkan yaitu 125 per 100.000
kelahiran hidup dan angka tersebut 3-6 kali lebih besar dari Negara ASEAN
lainnya. Angka
Kematian Ibu (AKI) di Propinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2009 adalah 269
per 100.000 dan tahun 2010 246 per
100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan secara nasional maka angka tersebut
sesungguhnya bencana yang membutuhkan penanganan segera dan serius. Faktor
penyebab tingginya angka tersebut adalah pendarahan, pereklamsi/eklamsi,
infeksi jalan lahir serta partus lama. Sedangkan untuk Kabupaten Ende, Angka Kematian Ibu
pada tahun 2009 sebanyak 11 kasus dari 5566 Kelahiran Hidup atau 197,6/100.000
Kelahiran Hidup. Kalau dilihat secara absolut jumlah kematian ibu sangat
sedikit hanya 9 orang selama setahun dengan segala penyebabnya jauh di bawah
angka kematian akibat penyakit malaria, TBC, dan kecelakaan rudapaksa. Tetapi
Angka Kematian Ibu menjadi perhatian kita karena angka ini memberi banyak
makna. Bila di suatu masyarakat ada kematian ibu tinggi artinya pada masyarakat
tersebut kurang ada perhatian/ kepedulian pada kesehatan ibu hamil, bersalin
dan pendidikan masyarakat tentang kesehatan juga rendah. Cakupan Pelayanan K1
di Kabupaten Ende pada tahun 2009 sebesar 96%, telah mencapai target SPM, hal
ini berarti akses pelayanan kepada sasaran ibu hamil cukup baik, namun
tingginya cakupan K1 tidak diikuti oleh meningkatnya cakupan K4. Pada tahun
2009 cakupan K4 sebesar 72% dimana masih jauh dari target SPM Tahun 2009 yaitu
84,5%. Cakupan ibu hamil Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT tahun 2011, presentase
rata-rata cakupan kunjungan ibu hamil (K1) sebesar 89,8%, sedangkan berdasarkan
Riskesda tahun 2010 K1 sebesar 85,9%. Presentase rata-rata cakupan kunjungan
ibu hamil (K4) sebesar 65,7% sedangkan berdasarkan hasil Riskesda 2010 cakupan
K4 sebesar 44,4%. Persentase cakupan K1 > 100% adalah Sumba Tengah (102,9%)
dan Kabupaten Sabu Raijua (102,4%), sedangkan persentase cakupan K1 terendah di
Kabupaten Sikka (81,9%). Persentase cakupan K4 tertinggi adalah di kabupaten
Rote Ndao (78,1%) sedangkan cakupan terendah di kabupaten Nagekeo (32,5%).
Melalui ANC diharapkan deteksi dini dan perawatan
kehamilan dapat dilaksanakan dengan baik dan berkualitas sehingga komplikasi
yang terjadi pada saat kehamilan dapat dicegah. Demikian pula tindakan
pencegahan kematian pada ibu hamil dan janinnya dapat dilaksanakan sesuai
perencanaan penanganannya. Seluruh tenaga kesehatan menghendaki angka kecukupan
sehat khususnya Ibu dan Anak terus mengalami peningkatan pada setiap tahun.
Namun harapan tersebut tetap menjadi sebuah impian karena banyak faktor yang
menghambat pencapaian diantaranya kurangnya pengetahuan ibu itu sendiri tentang
manfaat melakukan pemeriksaan kehamilannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis merasa tertarik untuk
mengetahui lebih dalam bagaimana pemahaman/pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan)
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi cakupan K4, sehingga petugas
kesehatan dapat menetapkan suatu strategi pelayanan yang memadai guna
meningkatkan kunjungan secara menyeluruh bagi ibu hamil di pusat layanan
kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah adalah
“Bagaimana pengetahuan Ibu Hamil tentang Antenatal
Care dalam mempengaruhi Cakupan K4 di Puskesmas Rewarangga?”
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care.
2. Tujuan Khusus
Untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu hamil tentang manfaat Antenatal Care dan faktor yang
mempengaruhi pencapaian cakupan K4.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teori
Hasil
penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan cakupan kunjungan K4 dan menambah
wawasan bagi peneliti serta sebagai bahan pembanding bagi mahasiswa atau
peneliti dalam melaksanakan penelitian lapangan
berikutnya.
2. Manfaat Praktek
1. Bagi Peneliti
Merupakan
pengalaman berharga dalam rangka menambah wawasan pengetahuan serta
pengembangan diri khususnya dalam bidang penelitian lapangan
2. Bagi Puskesmas
Hasil
penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan masukan bagi pengelola KIA
untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil yang datang ke Puskesmas Rewarangga
tentang Antenatal Care.
3. Bagi Profesi
Hasil
penelitian dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan pada seluruh fasilitas
layanan kesehatan mulai dari unit yang terkecil hingga pada pusat pelayanan
terbesar seperti Rumah Sakit Umum.
4. Bagi Institusi
Selain sebagai
bahan ilmiah dan informasi tambahan bagi peneliti juga dapat dijadikan sebagai
bahan pembanding dalam penelitian
sejenis yang dilakukan oleh peneliti lain pada kegiatan penelitian dan
pengembangan selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian sejenis ini sudah pernah dilakukan oleh R.S
Ratumakin pada tahun 2010 dengan judul “Studi Fenomenalogi Tentang Alasan Yang
Mempengaruhi Cakupan K4 Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sikumana Kota Kupang dengan
metode penelitian deskriptif kualitatif”, sedangkan desain penelitian yang
dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah metode survei.
2. Kesamaan dengan penelitian tersebut di atas terletak pada
variabel dependent, sedangkan perbedaannya adalah selain variabel dependent
juga terletak pada waktu dan tempat penelitian.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
PENGETAHUAN
Pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mengartikan segala sesuatu yang diketahui manusia tentang obyek tertentu.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui ilmu pendengaran,
penglihatan, dan tindakan manusia yang didasari pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman orang
lain atau melihat dan
mendengar
langsung melalui sarana komunikasi seperti radio, televisi, majalah dan surat
kabar. Intinya bahwa
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo, 2003 pengetahuan mempunyai
6 tingkat yang dicapai dalam domain kognitif, yaitu: 1) Tahu (know), tahu diartikan sebagai pengingat sesuatu mated yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap
sesuatu yang spesifik terhadap seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh karena itu “Tahu” ini adalah merupakan tingkat yang paling rendah. 2) Memahami (comprehension), memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (aplicatiori) dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. 4) Analisis (analysis) analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis), sintesis
menunjuk pada sesuatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,
sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi
(evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan klasifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada.
Pengetahuan adalah kesan
di dalam pikiran manusia sebagai hasil pengguna panca inderanya yang berbeda
sekali dengan kepercayaan (believe),
takhayul (superstitions) dan
penerangan-penerangan yang keliru
(Soekanto, 1990). Banyak
faktor yang mempengaruhi pengetahuan manusia.
Faktor-faktor tersebut antara lain: 1)
Usia, menurut Hurlock (1980) keadaan emosi pada usia belasan
tahun sebagai periode “badai dan tekanan” yaitu satu masa dimana ketegangan
emosi meninggi sebagai akibat perubahan fisik dan kelenjar, akan tetapi tidak
semua individu pada usia ini mengalami badai dan tekanan, namun benar juga bila
sebagai individu mengalami ketidakstabilan emosi. Hal ini dikemukakan juga oleh Gessel
dan Hurlock (1980) bahwa usia belasan tahun seringkali mudah marah dan emosinya
cenderung "meledak-ledak" dan kurang bisa mengendalikan perasaannya. Pada usia 20 sampai 30 tahun
individu telah menunjukan kematangan emosi, dimana individu menilai suatu
situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional.
Individu yang emosinya matang memberikan reaksi emosi yang stabil, tidak
berubah-ubah dari satu emosi ke emosi lain atau suasana hati ke suasana hati
yang lain, pada usia ini kebanyakan individu telah mampu memecahkan
masalah dan mengambil
suatu keputusan dengan cukup baik (Sulaeman, 1982). 2) Pekerjaan, pekerjaan adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan imbalan atau jasa yang diperhitungkan
dengan uang (Notoatmodjo, 2005 :10) Ibu hamil yang bekerja merupakan
sebab-sebab mendasar yang mempengaruhi frekuensi kehamilan, karena berhubungan dengan ada atau tidaknya
waktu untuk kunjungan pemeriksaan kehamilan. Bahwa ibu hamil yang
tidak bekerja yang paling banyak melakukan pemeriksaan kehamilan. Ternyata kesibukan ibu
yang bekerja juga mempengaruhi partisipasi ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.
(Heru, BKKBN 2006). Penghasilan keluarga merupakan faktor utama yang
memungkinkan bagi seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan (Green:
1980), selain itu ibu yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik
terhadap berbagai informasi termasuk kesehatan. 3) Pendidikan, pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan
dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan itu perlu
dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses
belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan tehnologi baru (SDK1J997) Notoatmodjo mengartikan
pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecepatan seseorang secara
intelektual dan emosional kearah dalam sesama manusia . Pendidikan juga
diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup (Notoatmodjo, 2003) Sedangkan Arinkunto
dalam bukunya mengartikan pendidikan merupakan proses pertumbuhan semua
kemampuan dan prilaku melalui pengajaran sehingga dalam pendidikan perlu di
pertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar tingkat pendidikan
juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi presepsi seseorang untuk
lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi baru (Arinkunto, 2002). Dari pendapat tentang
pendidikan tersebut di atas, ternyata kemampuan intelektual juga mempengaruhi
ibu hamil dalam mengikuti program keluarga berencana. 4) Paritas, Jumlah anak yang sudah dilahirkan oleh ibu baik hidup
maupun mati. (Heru, BKKBN 2006). Seorang ibu dengan paritas lebih dari lima
biasanya memiliki kondisi kesehatan fisik yang tidak prima lagi, apabila jika
jarak melahirkan antara satu dan yang berikutnya kurang dari 2 tahun.
Kesesuaian ini dikarenakan ibu yang mempunyai anak 1 sampai 2 orang lebih memperhatikan
kehamilannya karena pengalaman sebelumnya yang mungkin kurang baik sehingga ada
perasaan takut akan hal-hal yang akan terjadi kemudian, selain itu ibu ingin memperoleh kepastian tentang bayinya dalam
keadaan sehat selalu karena kehamilan ini merupakan suatu hal yang sudah lama
diinginkannya. Bagi
ibu yang mempunyai anak > 3
orang merasa bahwa kehamilannya dalam batas normal
sesuai dengan pengalaman kehamilan sebelumnya,
padaha! dalam kenyataannya tidak selalu kehamilan satu dan berikutnya dilewati
dalam keadaan yang sama. (Heru, BKKBN,2006). Setiap ahli mengartikan paritas menurut cara pandang
masing-masing sesuai hasil penelitian yang mereka lakukan. Menurut Prawiroharjo
Paritas adalah jumlah
kelahiran hidup atau mati dari suatu kehamilan lebih dari 28 minggu yang pernah
dialami ibu (Prawirohardjo, 1999). Sedangkan menurut Saifuddin dan Surjaningrat mengartikan Paritas adalah keadaan wanita berkaitan
dengan jumlah anak yang dilahirkan, paritas 2-3 merupakan paritas aman ditinjau
dari sudut kematian (Saifuddin & Surjanigrat, 1999).
B.
KONSEP DASAR KEHAMILAN
Kehamilan
adalah proses pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak
kehamilan dan berakhir pada permulaan persalinan (Manuaba, 1998). Saat terjadi
pembuahan, ovum dilepas dari ovarium akan ditangkap oleh fimbrae kemudian masuk
ke ampula tuba, selanjutnya ovum akan menunggu dibuahi oleh sperma selama 2 X 24
jam. Setelah sperma ditumpahkan dimulut rahim jutaan sperma akan mencari ovum
dan hanya ada satu sperma yang dapat menembusi lapisan korona radiata. Setelah
ovum dan sperma bertemu lalu terjadi pembuahan yang kemudian membentuk zigot. Dalam
perjalanan menuju uterus, hasil konsepsi tersebut akan mengalami segmentasi
yaitu zigot pada hari ke tiga akan membelah menjadi morula, dan hari ke tujuh
membelah menjadi blastula dan setelah itu menjadi trofoblas yang kemudian
bernidasi pada endometrium dan akan diberi makan oleh korpus luteum sampai umur
kehamilan 16 minggu, karena pada saat itu placenta belum terbentuk lengkap dan
setelah 16 minggu fungsi korpus lutuem akan diganti placenta (Manuaba, 1998).
Seorang
wanita akan dikatakan hamil bila mengalami tanda-tanda seperti: terlambat haid,
muntah dan merasa mual, meningkatnya frekuensi BAK, payudara tegang, adanya
gerakan janin, ibu mengalami kelelahan dan lain-lain (Manuaba, 1998). Masa
kehamilan dibagi menjadi tiga trimester yaitu trimester I kurun waktunya
dihitung dari proses konsepsi sampai dengan 3 bulan usia kehamilan (12 minggu),
trimester II kurun waktunya dihitng dari bulan ke 4-6 bulan usia kehamilan
(16-24 minggu), dan timester III kurun waktunya dihitung dari bulan ke 7-9
bulan usia kehamilan ( 25-38 minggu) (Novaria & Budi, 2007).
Perubahan
fisik dan perkembangan selama kehamilan yaitu: 1) Trimester I, ibu hamil
akan mengalami mual pada pagi hari, dengan perut terasa tidak enak bahkan
sampai muntah. Mual dapat terjadi sebagai reaksi terhadap bau tertentu atau
makanan dan minuman. Normalnya akan
merasa lelah terus menerus dan
tidur sampai 12 jam sehari. Payudara semakin membesar dan terasa nyeri, puting
susu atau daerah areola mulai berwarna gelap, pembesaran vena pada vulva dan
vagina, sering BAK. Perubahan emosi (suasana hati) yaitu kelihatan gembira dan
kwatir. 2) Trimester II, perubahan fisik yang terjadi pada trimester II
yaitu kurangnya BAK, mual pada pagi hari sudah berakhir, nafsu makan meningkat,
payudara bertambah besar, nyeri berkurang. Perut bagian bawah bertambah besar
pada akhir bulan ke empat, pada bulan ke lima bayi terasa bergerak, denyut
jantung meningkat karena peningkatan volume darah dan kebutuhan untuk
mendapatkan O2 bagi pertumbuhan janin. Pada bulan ke enam,
bagian perut mulai terasa gatal kerna kulit mulai merenggang untuk
mengakomodasi janin yang berkembang terus. Terdapat tanda bergaris pada perut
(strie) dan sakit pinggang. Rasa cemas akan meningkat sejalan dengan usia
kehamilan. 3) Timester III, pada usia kehamilan trimester III terasa
bayi mulai menendang dengan keras,
gerakannya mulai kelihatan. Rahim mulai berkontraksi secara ringan,
kontraksi ini disebut Braxton Hiks
Contraxion. Pada bulan ke delapan paudaya tidak membesar lagi tetapi caitan
putih encer mulai keluar (kolostrum). Pada bulan terakhir kehamilan pengeluaran
cairan vagina mulai meningkat dan lebih kental. Ibu merasa sesak nafas karena
pembesaran uterus yang menekan diafragma, terjadi peningkatan frekwensi
berkemih dan konstipasi. Hal ini terjadi karena disebabkan pembesaran uterus
yang menekan rektum dan kandung kemih. Ibu merasa kelelahan, pegal pada daerah
punggung dan pinggang. Perubahan emosional pada bulan terakhir kehamilan
biasanya sang ibu merasa gembira bercampur takut karena kelahiran sudah dekat
(Novaria & Budi, 2007).
Selama
masa kehamilan, seorang ibu memperhatikan nasihat-nasihat penting yang berguna
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Nasihat yang perlu diperhatikan
antara lain: 1) Trimester I, ibu hamil dianjurkan untuk makan yang cukup
(untuk pertumbuhan janin), jangan makan berlebihan untuk mencegah terjadinya
komplikasi. Jika merasa mual muntah ibu disarankan untuk berkumur menggunakan
air hangat dan makan manakan dalam bentuk kering. Jika merasa pusing saat
bangun tidur, duduk di tempat tidur dahulu sampai rasa pusing hilang. Ibu hamil
dilarang merokok karena di dalam rokok mengandung zat-zat adaptif yang membahayakan janin. Pada
trimester I ibu hamil disarankan sebaiknya mengikuti program senam hamil. Bila
tidak dapat melakukan, latihan ringan dapat dilakukan seperti berdiri, jongkok,
terlentang, kaki diangkat dan melatih pernapasan. Ibu hamil dapat melakukan
aktifitas seperti biasa asalkan jangan sempai terlalu lelah. Tidur siang baik
untuk kesehatan dan rekreasi di tempat yang bersesakan dilarang. Jika ingin
bersetubuh atau koitus harus berhati-hati terlebih bila ada riwayat abortus.
Pada kehamilan trimester I ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya setiap
bulan sekali dan melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui penyakit yang
mempengaruhi kehamilan dan komplikasi serta imunisasi tetanus I. 2)
Trimester II, ibu hamil dianjurkan untuk makan secukupnya dan disarankan untuk
melakukan senam hamil. Bila tidak dapat melakukan, latihan ringan dapat
dilakukan seperti berdiri, jongkok, terlentang, kaki diangkat dan melatih
pernapasan. Disarankan untuk memakai
pakaian yang longgar dan tidak ada ikatan dalam perut, BH yang menyokong payudara
dan tidak memakai sepatu bertumit tinggi, istirahat secukupnya, boleh melakukan
hubungan badan atau koitus tetapi harus tetap berhati-hati. Pada trimester II
ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya setiap bulan sekali. 3)
Trimester III, pada kehamilan trimester III ibu hamil dianjurkan untuk banyak
makan sayur dan buah, nasi harus dikurangi. Jalan pagi untuk menguatkan otot
paha, jongkok untuk menguatkan otot panggul, vulva dan vagina. Kalau bekerja
jangan sampai terlalu lelah. Memakai pakaian yang longgar dan tidak ada ikatan
dalam perut, BH yang menyokong payudara dan tidak memakai sepatu bertumit
tinggi. Pada minggu terakhir kehamilan harus berhati-hati jika ingin melakukan
koitus untuk mencegah terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Bila ketuban sudah
pecah maka koitus dilarang. Ibu hamil disarankan untuk memeriksakan
kehamilannya dua minggu sekali sampai
ada tanda-tanda kelahiran. Imunisasi tetanus II dan nasihat tentang tanda-tanda
inpartu serta nasihat untuk melahirkan di Rumah Sakit atau Puskesmas yang
ditangani oleh tenaga medis (Manuaba, 1998).
Perkembangan
janin selama masa kehamilan yaitu: 1) Usia kehamilan 5 minggu, berbentuk
kantong lengkap dengan diameter 1 cm yang terbungkus oleh vili korialis,
ciri-ciri khas manusia belum ditemukan. 2) Usia kehamilan 6 minggu,
kantong berdiameter 2,3 cm, berat 1 gram, kepala membesar, terbentuk tonjolan
lengan dan tungkai, jantung primitif mulai berfungsi, denyut jantung terdengar
lewat alat elektronik, sirkulasi dalam bentuk yang primitif, terbentuk hubungan
antara pembuluh darah dalam karion dan antar pembuluh darah yang sudah tumbuh
dengan body stalk. 3) Kehamilan 10 minggu, panjang embrio 4 cm,
genitalia ekterna terlihat, tangan dan kaki sudah mulai dikenali, terlihat
bentuk manusia. 4) Usia kehamilan 12 minggu, panjang janin 8 cm, berat
janin 15 gram, jari tangan serta jari kaki, mata dan telinga, sirkulasi dan
ginjal sudah terbentuk, kelenjar endoktrin dan sistim syaraf (respons refleks)
mulai berfungsi. 5) Usia kehamilan 16 minggu, panjang janin 16 cm, berat
110 gram, jenis kelamin mulai dikenali, kuku jari tangan dapat terlihat, denyut
jantung terdengar jelas, gerakan janin teraba. 6) Usia kehamilan 20
minggu, panjang janin 22 cm, berat 300 gram, verniks pada kulit, lanugo pada
badan, alis mata sudah terbentuk. 7) Usia kehamilan 24 minggu, panjang
30 cm, berat 600 gram, kulit keriput, lemak terkumpul, perkembangan otak
berlanjut. 8) Usia kehamilan 28 minggu, panjang janin 35 cm, berat 1000
gram, jika lahir bayi ini akan kuat dan menangis. 9) Usia kehamilan 32
minggu, panjang janin 42 cm, berat 1700 gram, kulit berwarna merah, kulit
keriput. 10) Usia kehamilan 36 minggu, panjang janin 46 cm, berat 2500
gram, kuku sudah mencapai ujung jari tangan. 11) Usia kehamilan 40
minggu, panjang 50 cm, berat 3400 gram, tubuh bayi sudah terbungkus jaringan
lemak, kulit berwarna merah dan tidak keriput, semua organ sudah berfungsi
kecuali paru-paru (Fahrer, 2001).
C.
ANTENATAL CARE
1. Pengertian
Antenatal care adalah suatu program yang
terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medis pada ibu hamil ,untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (
Depkes, 2000 ). K4 adalah kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau lebih, untuk mendapat pelayanan
antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan syarat minimal satu kali
kontak pada triwulan I, minimal satu kali kontak pada triwulan II, dan minimal
dua kali kontak pada triwulan III (Suriani, 2002). Tujuan K4 adalah untuk mengetahui cakupan pelayanan
antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan antenatal dan menempati
waktu yang ditetapkan ) yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di
suatu wilayah, disamping itu menggambarkan kemampuan menajemen ataupun
kelangsungan KIA ( Suriani, 2008 ).
Cakupan ibu hamil ( Cakupan K4 ) adalah
presentasi ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, yang mendapat
pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi
pemberian minimal satu kali pada triwulan I, minimal satu kali pada triwulan
II,dan minimal dua kali pada triwulan III (Prawirohardjo, 2008). Faktor–factor yang mempengaruhi rendahnya
cakupan K4 diantaranya adalah sosial budaya, pendidikan,
ekonomi, jarak, dan presepsi masyarakat. Cara penanggulangannya adalah
pemerintah telah membuat program jamkesmas dan jampersal dengan tujuan untuk
meningkatkan aksebilitas masyarakat miskin, sedangkan bidan melakukan kunjungan
rumah, penyuluhan/konseling, dan membina kemitraan dengan dukun terlatih
tentang manfaat pemeriksaan kehamilan.
Menurut Manuaba ANC (Antenatal
Care) yaitu pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. (Manuaba, 1998: 129). Sedangkan Saifuddin mengartikan ANC (Antenatal
Care) adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada ibu hamil
untuk memonitor, mendukung
kesehatan ibu hamil serta mendeteksi kehamilan ibu secara
dini. (Saifuddin, 2002 : 89)
2.
Pengawasan dan
Pemeriksaan Antenatal Care
Bidan memberikan
asuhan antenatal bermutu
tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan
yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi. (Depkes
RI, 2007 : 12) Ibu hamil sebaiknya
dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin sejak
ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan. (Saifuddin, 2002 : 89) Pengawasan antenatal dan postnatal
sangat penting dalam upaya meminimalkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. (Manuaba,
1998 ; 128). Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan
secara dini sehingga dapat
diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah pertolongan dalam persalinan. (Manuaba, 1998 : 128). Adapun tujuan pengawasan antenatal adalah : 1) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan,
saat persalinan, dan kala nifas. 2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,
persalinan dan kala nifas. 3) Memberikan
nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas,
laktasi, dan aspek keluarga berencana. 4) Meminimalkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Pemeriksaan antenatal
adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan
janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan
yang ditemukan. Tujuannya untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan
dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.
Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan terdidik dalam
bidang kebidanan yaitu pembantu bidan, bidan, dokter dan perawat. (Mochtar, 1998 : 47)
Langkah - langkah Pemeriksaan (Mochtar, 1998
: 48)
1) Anamnesa meliputi anamnesa identitas,
anamnesa umum seperti keluhan tentang haid, tentang kehamilan, persalinan
sebelunmya.
2) Inspeksi dan pemeriksaan
fisik diagnostik
meliputi a) Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik. b) Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan dan sebagainya
3) Palpasi untuk menentukan besar dan konsistensi rahim, bagian-bagian janin, letak janin, gerakan janin, kontraksi
rahim, dan his. Palpasi yang sering
digunakan adalah secara Leopold yaitu : a) Leopold I: Untuk menentukan TFU sehingga perkiraan umur
kehamilan yang dapat disesuaikan dengan tanggal HPHT dan untuk mengetahui bagian apa yang terletak di fundus uteri. b) Leopold II: Untuk menetapkan bagian apa yang
terdapal di bagian samping kanan dan kiri uterus
ibu. c) Leopold III: Untuk mendapatkan bagian apa
yang terdapat pada symphisis pubis. d) Leopold
IV: Untuk mendapatkan sejauh mana bagian dari bawah janin masuk ke dalam PAP (Jika kedua tangan pemeriksa
bertemu bagian terendah belum masuk PAP yang disebut konvergen tapi apabila
kedua tangan tidak bertemu maka bagian terendah sudah masuk PAP yang disebut divergen).
4) Auskultasi
Digunakan
stetoskop monoral atau dopler untuk mendengarkan denyut jantung janin. Punctum maximum denyut jantung janin ditetapkan sekitar scapula. Jumlah denyut jantung normal antara 120 sampai 160 kali
permenit.
5) Perkusi tidak begitu banyak artinya, kecuali bila
ada suatu indikasi. Pemeriksaan kehamilan
atau ANC (Antenatal Care) yang berkualitas dapat dilihat dari: a) Kunjungan ibu hamil
untuk memeriksakan kehamilannya. b) Pemeriksaan kehamilan dengan standar
“10 T”. c) Peralatan Pelayanan
Kesehatan. (Saifuddin, 2002:90)
3. Standar
Pelayanan 10 T
Dalam antenatal care yang menjadi pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “10 T”
tujuannya menjaga agar ibu sehat selama kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi
yang dilahirkan sehat, yaitu: 1) Timbang berat badan. 2) Tekanan darah. 3) Tinggi
fundus uteri. 4) Tetanus Toxoid (
TT) lengkap. 5) Pemberian
Tablet zat besi. 6) Tes terhadap penyakit menular. 7) Nilai status gisi (ukur lingkar lengan atas), 8) Tentukan presentasi janin
dan denyut jantung janin (DJJ). 9) Tatalaksana kasus. 10) Temu wicara dalam persiapan rujukan. Pelayanan/asuhan antenatal tersebut hanya dapat diberikan oleh tenaga
kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi. (Saifuddin, 2002 : 90).
Pelayanan antenatal tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Timbang berat badan
Berat badan ibu hamil yang sehat
atau normal akan bertambah antara 11,5 - 16 kg. Peningkatan berat badan sangat
menentukan kelangsungan hasil akhir kehamilan, Bila ibu hamil kurus atau gemuk sebelum hamil akan menimbulkan resiko pada janin terutama
apabila peningkatan atau penurunan sangat menonjol. Bila sangat kurus maka akan
melahirkan bayi BBLR, namun berat badan bayi dari ibu hamil dengan berat badan nornal atau kurus, lebih dipengaruhi
oleh peningkatan atau penurunan berat badan sebelum hamil, Penambahan berat badan per trimester lebih penting dari pada penambahan berat badan keseharian. Pada trimester pertama
peningkatan berat badan hanya sedikit, antara 0,7 - 1,4 kg. Pada trimester
berikutnya akan terjadi peningkatan
berat badan yang dapat dikatakan teratur, yaitu 0, 35 - 0,4 kg per minggu. (Salmah, 2005 : 113)
b. Ukur Tekanan Darah
Mengukur tekanan darah untuk
menilai apakah tekanan darah ibu tinggi atau normal. Apabila tekanan darah divatas 140/90 mmHg
atau peningkatan diastol 15 mniHg / lebih sebelum kehamilan 20 minggu, atau paling sedikit pada pengukuran
dua kali berturut-turut pada selisih waktu 1
jam, berarti ada kenaikan nyata dan ibu perlu
dirujuk. (DepkesRI, 2002 : 17)
c. Ukur tinggi fundus uteri
Tinggi fundus uteri bertambah sesuai dengan pertumbuhan janin, tetapi paritas ibu, ukuran, dan
kandung kemih yang penuh, letak lintang
dan jumlah janin dapat mempengaruhi TFU. Tinggi fundus uteri dapat dikaji melalui dua cara: (Johson, Ruth, 2004 : 3-4) 1) Menggunakan indikator tradisional
yang menggunakan struktur anatomi pada abdomen. 2) Mengukur dengan meteran.
Dilakukan pengukuran dari tepi atas simpisis pubis ke bagian atas fundus,
meteran mengikuti dinding perut. Ukuran ini biasanya sesuai dengan umur kehamilan
dalam minggu setelah umur kehamilan
24 minggu.
d. Imunisasi TT
Ibu hamil perlu melakukan imunisasi tetanus, tujuannya
agar anak lahir tidak terserang penyakit tetanus tali pusat. Penyakit ini
sangat mematikan. Imunisasi tetanus ibu hamil diberikan sebanyak 2 kali yaitu
TT pertama diberikan pada kunjungan pertama (trimester I alau trimester II) dan TT kedua
4 minggu setelah pemberian TT pertama, atau jika pada trimester II hanya
mendapatkan TT I maka pada trimester bisa diberikan suntikan TT II scbelum usia kehamilan 32 minggu. (Saifuddin,
2001 : 95)
e. Tablet Zat Besi
Dimulai dengan memberikan satu
tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan Asam folat 500 mg, minimal masing-masing 90 tablet.
Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan. (Saifuddin, 2002: 91)
f. Tes penyakit menular
Penyakit hubungan seksual dapat
menimbulkan infeksi akut (mendadak) yang memerlukan penanganan yang tepat oleh karena akan dapat menjalar ke alat genetalia bagian
dalam (atas) dan menimbulkan penyakit radang panggul. Pengobatan yang kurang
memuaskan akan menimbulkan penyakit menjadi menahun (kronis) dengan akibat
rusaknya fungsi alat genetalia bagian dalam sehingga menimbulkan infeksi. (Manuaba, 1998:40)
g.
Nilai status gisi (ukur
lingkar lengan atas)
h.
Tentukan presentasi
janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Denyut jantung janin ditetapkan di
sekitar skapula, interval 5 detik, dilanjutkan menghitung untuk 5 detik kedua,
interval 5 detik, dilanjutkan menghitung untuk 5 detik ketiga. Jumlah
perhitungan selama 3 kali setiap 5 detik dikalikan empat sehingga denyut jantung
janin selama satu menit dapat ditetapkan.
i.
Tatalaksana kasus
j. Temu Wicara
Memberikan penyuluhan kesehatan
yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi
orang tua yang bertanggung jawab. Bidan juga harus
mengenal kehamilan resti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi,
PMS/ infeksi HIV, dan memberikan penyuluhan kesehatan, bila ditemukan kelainan, bidan siap mengambil
tindakan yang diperlukan dan merujuk untuk tindakan. (Depkes RI, 2002 : 8 dan 16)
4. Peralatan
Pelayanan Kesehatan
Untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di perlukan
adanya peralatan medis yang mendukung terlaksananya pemeriksaan tersebut. Alat untuk pelayanan antenatal yang tersedia harus dalam keadaan baik dan berfungsi antara lain:
stetoskop, tensi meter, meteran kain, timbangan, pengukur lengan atas dan
stetoskop janin. (Depkes RI, 1999 :
16)
5. Keuntungan ANC
Keuntungan ANC sangat besar karena dapat
mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat
diarahkan untuk melakukan rujukan ke Rumah Sakit. Dengan demikian diharapkan angka
kematian ibu dan perinatal yang sebagian besar terjadi pada saat pertolongan
pertama dapat diturunkan secara bermakna. (Manuaba, 1998 : 133).
D. KI DAN K4
1. Pengertian
Kunjungan ibu hamil
adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Kunjungan antenatal sebaiknya paling sedikit 4 kali
selama hamil yaitu : 1) Satu kali kunjungan selama
trimester pertama (sebelum 14 minggu). 2) Satu kunjungan selama trimester kedua (antara
minggu 14 - 28). 3)
Dua
kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 - 36) (Depkes RI, 2004 : 9).
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang ke empat kali atau
lebih untuk manendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standart yang ditetapkan, dengan syarat minimal satu kali kontak pada
triwulan I, minimal satu kali kontak pada triwulan II dan minimal dua kali
kontak pada triwulan III ( Suriani,2008). Indikator K4 adalah pelayanan antenatal sesuai standar
paling sedikit empat kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu
kali kontak padda triwulan I, minimal satu kontak pada triwulan II, dan
minimal dua kali kontak pada triwulan III ( Depkes,2000). Tujuan
K4 adalah untuk mengetahui cakupan pelayanan
antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan antenatal dan menempati
waktu yang ditetapkan) yang menggambarkan tingkat pendidikan ibu hamil di suatu
wilayah, disamping itu menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
KIA ( Suriani,2008 ). Cakupan
ibu hamil ( Cakupan K4 ) adalah presentase ibu hamil disuatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu, yang mendapat pelayanan antenatal sesuai
standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian minimal satu
kali pada triwulan I,minimal satu kali pada triwulan II,dan minimal dua kali
pada triwulan III (Prawirohardo, 2008).
2. Cara Perhitungan Cakupan Ibu
Hamil K4
Kunjungan
ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan selama
periode kehamilannya. Dengan
menggunakan rumusan ( Pradita,2003)
X100%
|
Cakupan
K4 =
Jumlah sasaran ibu hamil dalam
satu tahun
Keterangan :
Pembilang : Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar
minimal empat kali di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Penyebut :
Jumlah seluruh ibu hamil di suatu wilayah kerja yang sama dalam kurun waktu
yang sama.
Ukuran / Konstanta : presentase ( % ).
3.
Faktor – faktor
yang mempengaruhi Cakupan K4
a. Sosial
Budaya
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat (social). Kebudayaan merupakan keselurahan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat ( Edward,2003). Perwujudan
kebudayaan antara lain pola prilaku sedangkan lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan prilaku orang atau kelompok (Nursalam,
2001) Pengaruh sosial budaya yang mempengaruhi ibu hamil
tidak memeriksakan kehamilannya adalah kebiasaan di puskesmas atau di Bidan
hanya memegang perut dengan anggapan agar kandungan ibu lebih kuat. Selaini itu
dukun juga memberikan ramuan tradisional dari akar kayu yang telah direbus yang
diminum selama 40 hari agar badan ibu tetap kuat dan segar ( Meutia, 1998 ).
b. Pendidikan
Pendididkan berarti bimbingan yang diberikan oleh seorang
terhadap perkembangan orang menuju kearah cita – cita tertentu (Suarno, 1992).
Pendidikan sebagai proses pembentukan
pribadi, yaitu sebagai suatu kegiatan yang sisitimatik terarah kepada
terbentuknya kepribadian (Hartono, 1998). Ibu hamil yang berpendidikan lebih
mengerti dan mengetahui tentang perlunya pemeriksaan kehamilan dari pada ibu hamil
yang tidk sekolah. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi rendahnya cakupan K4
yaitu ibu hamil yang tidak berpendidikan atau tidak sekolah ,tidak mengerti
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil lebih suka di rumah dengan
semua pekerjaan rumah, baginya sudah cukup untuk kesehatan diri dan bayinya (
Meutia,1998 ).
c. Ekonomi
Ekonomi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai
tujuan yang maksimal dengan pengorbanan minimal. Ekonomi biasanya lebih
ditekankan pada suatu usaha seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
dan salah satu usaha adalah dengan bekerja. Dengan bekerja maka seseorang akan
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Ibu dengan anggota keluarganya tidak mampu
membayar pelayanan kesehatan yang diberikan. Keadaan ekonomi sangat
mempengaruhi ibu hamil memeriksa kehamilannya. Ibu hamil dengan ekonomi lemah
tidak bisa memeriksakan kehamilannya dengan alasan
tidak ada uang. Ibu hamil lebih memilih dukun sebagai tempat untuk memeriksakan
kehamilan dengan perhitungan lebih murah dan bias di bayar dengan barang
(Barter). Hal ini lebih menonjol di masyarakat kecil di desa, karena di Puskesmas membutuhkan banyak uang ( Meutia, 1998 ).
d. Jarak
Jarak adalah rentang waktu yang di tempuh dari suatu
tempat ke tempat lainnya atau yang ditujuh. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka sesorang melakukan pengorbanan dan dapat berupa pengorbanan fisik dan
materi. Jarak membatasi kemampuan dan kemauan ibu hamil untuk mencari pelayanan
terutama jika sarana transportasi yang tersedia terbatas serta komunikasi yang
sulit. Jarak tempat tinggal ibu hamil dengan tempat pelayanan kesehatan sangat
suka/malas untuk memeriksakan kehamilanya dengan
pertimbangan cape apalagi ibu hamil yang tidak memiliki kendaraan pribadi (
Hartono, 1998 ).
e. Presepsi Masyarakat
Pandangan masyarakat berbeda–beda di setiap tempat. Di
mana pandangan masyarakt kecil di desa lebih mengarah pada kebudayaab daerah
masing–masing. Masyarakat lebih memilih dukun dari pada bidan karena dengan
alasan dukun lebih bersahabat dengan masyarakat. Pandangan tersebut secara
turun temurun masih ada di masyarakat karena petugas kesehatan khususnya bidan
belum di tempatkan secara merata di setiap desa.
Cara Penanggulangan
a) Faktor
sosial budaya
Tenaga kesehatan khususnya bidan telah memberikan
penyuluhan atau konseling pada ibu hamil tentang manfaat pemeriksaan kehamilan.
Masalah sosial budaya dari masyarakat primitive telah
berkurang dengan adanya bidan di setiap desa (Meutia, 1998).
b) Pendidikan
Upaya bidan untuk memberikan penjelasan bagi ibu hamil yang tidak berpendidikan atau tidak mengerti
tentang pemeriksaan kehamilan tidak mudah. Diperlukan kesabaran untuk terus
mencoba. Bidan menggunakan bahasa pasar atau bahasa yang mudah dimengerti agar
msayarakat desa lebih bersahabat dan terbuka untuk menyampaikan semua keluhan
dan mau memeriksakan kehamilanya (Salmah,2008).
c) Ekonomi
Pemerintah telah membuat program Jamkesmas dan Jampersal
dengan tujuan untuk meningkatkan askebilitas masyarakat miskin untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan masyarakat secara gratis yang pada akhirnya
akan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Perkasa, 2008).
d) Jarak
Upaya bidan untuk menanggulangi jarak antara tempat
tinggal ibu hamil dengan tempat pelayanan kesehatan adalah kunjungan rumah. Di
mana bidan harus mengunjugi setiap rumah ibu hamil di wilayah kerjanya untuk
memberikan pelayanan kesehatan.
e) Presepsi
Masyarakat
Presepsi yang masih salah di masyarakat dapat
ditanggulangi dengan memberikan penjelasan yang benar dan tepat tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan oleh petugas kesehatan. Selain itu penempatan bidan secara
merata di setiap desa oleh pemerintah merupakan langka bijak dan tepat. Bidan harus dapat menjalin kemitraan dengan dukun dan berharap dukun bisa bekerja
sama dengan bidan untuk mendorong ibu hamil melakukan
pemeriksaan kehamilanya di petugas kesehatan.
Semua upaya tersebut di atas telah di lakukan oleh pemerintah maupun tenaga kesehatan
dengan tujuan meningkatkan cakupan K4. Namun kenyataan bahwa
cakupan K4 masih saja rendah dan belum mencapai
target yang telah ditetapkan dan diharapkan.
E.
.KERANGKA KONSEPTUAL
Ibu Hamil
|
Pengetahuan
Antenatal Care
|
§
Baik
§
Cukup
§
Kurang
|
Pendidikan
|
1.
Sosial Budaya
2.
Ekonomi
3.
Jarak
4.
Persepsi
masyarakat
|
Keterangan
:
Diteliti
:
Tidak diteliti
Gambar 1: Kerangka Konsep Penelitian
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
yaitu penelitian
yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang manfaat pemeriksaan kehamilan yang dilaksanakan di tempat layanan
kesehatan oleh bidan dalam rangka menekan angka kematian ibu. Deskripsi
peristiwa dilakukan secara sistimatik dan lebih menekankan pada data faktual
dari pada penyimpulan (Nursalam, 2003).
B. DESAIN
PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode survey
yaitu penelitian yang digunakan untuk mengambil sampel dari suatu populasi
dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data (Efendi, 1995).
Penelitian ini mencoba mencari gambaran tentang tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Rewarangga, Kecamatan
Ende Timur, Kabupaten Ende.
C. POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING
1. Populasi
Populasi
adalah setiap subyek dapat berupa manusia, binatang percobaan yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi pada penelitian ini
adalah ibu hamil yang ada di wilayah Puskesmas Rewarangga yaitu Kelurahan
Rewarangga, Rewarangga Selatan, Desa Kedebodu, Desa Tiwu Tewa, Desa Ndungga dan
Kelurahan Lokoboko yang berjumlah 69 orang.
2. Sampel
Sampel
adalah sebagian obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Nursalam, 2003). Penggunaan sampel 10% - 20% untuk subyek dengan jumlah lebih dari 1000 dan penggunaan sampel
20%-30% untuk subyek kurang dari 1000 (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini,
sampel yang diambil adalah sebagian ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya
di Pukesmas Rewarangga, Poskesdes
Ndungga, Polindes Lokoboko, Polindes Tiwu Tewa, Polindes Kedebodu yang memenuhi
kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat
dimasukan atau layak untuk diteliti (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah:
a. Ibu hamil trimester I, II dan III
b. Paritas 1,2, 3 dan >3
c. Ibu hamil yang dapat membaca dan menulis
d. Ibu hamil sehat jasmani dan rohani
e. Ibu hamil yang siap untuk diteliti
3. Sampling
Sampling
adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi
(Nursalam, 2003). Penelitian ini
menggunakan Puposive Sampling, yaitu
suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003). Jumlah
sampel yang diteliti adalah 20 % dari populasi yaitu berjumlah 69, sebanyak 14 orang
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Rewarangga. Besar sampel berdasarkan
berdasarkan perhitungan 20% dari populasi. Cara perhitungan sebagai berikut:
N =
69
n =
20%
n =
20% X 69
n =
13.8
Jadi besarnya sampel adalah 13.8 = 14
orang
Keterangan N: Populasi
n
: Sampel
D. VARIABEL PENELITIAN
Dalam
penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel tunggal. Menurut Nawawi
dan Hadari (1992:45) variabel tunggal adalah variabel yang hanya mengungkapkan
variabel untuk dideskripsikan unsur atau faktor-faktor di dalam setiap gejala
termasuk variabel tersebut, penelitian seperti ini disebut variabel tunggal.
Jadi yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu hamil
tentang antenatal care selama kehamilan.
E. DEFENISI
OPERASIONAL
Tabel 1
Definisi Operasional
Variabel Penelitian
No
|
Jenis variabel
|
Definisi Operasional
|
Alat Ukur
|
Skala
|
Cara Pengkukuran
|
1
2
|
· Pengetahuan Ibu Hamil tentang ANC
· Faktor yang mempengaruhi Cakupan K4
|
Pemahaman Ibu mengenai proses kehamilan, pemeriksaan
dan persiapan persalinan
1. Sosial Budaya
2. Pendidikan
3. Ekonomi
4. Jarak
5. Persepsi masyarakat
|
Pedoman
Pedoman
|
Nominal
|
Tema
|
F.
PENGUMPULAN DAN
PENGOLAHAN DATA
1. Pengumpulan Data
Alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibuat peneliti dalam
bentuk muliple chois question yaitu
pertanyaan yang menyediakan beberapa jawaban alternatif dan responden hanya
memilih satu diantara beberapa jabawan yang sesuai dengan pendapatnya
(Notoatmodjo, 2002)
Caranya
adalah sebagai berikut:
a) Peneliti menjelaskan tujuan penelitian
b) Responden mengisi lembar persetujuan
c) Peneliti menjelaskan pada responden tentang pengisian
kuesioner
d) Responden mengisi kuesioner pertanyaan (jika jawaban benar
mendapat nilai 1 dan jawaban salah mendapat nilai 0)
2. Pengolahan data
Setelah
data dikumpulkan masih berupa data mentah, data tersebut harus diolah hingga
membentuk dan menjadi informasi yang berguna bagi peneliti. Adapun
langkah-langkah dalam mengolah data sebagai berikut:
a)
Coding
Memberi
kode jawaban responden pada lembar kuesioner
b)
Editing
Memeriksa
kembali jawaban responden, apakah sudah sesuai dengan pilihan jawaban yang
sudah disediakan atau dengan kata lain apakah data sudah siap untuk diolah lebih
lanjut.
c)
Tabulating
Selanjutnya
data yang diklasifikasikan dimasukan ke tabel, grafik atau uraian untuk
menghitung jumlah atau frekwensi. Data atau nilai instrumen yang digunakan
untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti
dengan close ended question jenis multiple chois, yaitu pertanyaan yang
menyediakan beberapa alternatif jawaban dari responden dan responden hanya
memilih satu jawaban yang sesuai dengan pendapatnya (Notoatmodjo, 2002).
d)
Analisa data
Setelah
data diolah maka langkah berikutnya adalah analisis data. Dalam penelitian ini
analisis data menggunakan tabel frekwensi yang telah dikumpulkan,
diklasifikasikan dari tabulasi dalam bentuk tabel frekwensi, kemudian frekwensi
jawaban yang muncul dibandingkan dengan jumlah responden dikalikan 100% dan
hasil berupa porsentase. Data kemudian disajikan dalam bentuk grafik atau
diagram kemudian dinarasikan. Responden dengan pengetahuan baik nilainya
75-100%, pengetahuan sedang 55-74% dan pengetahuan kurang yaitu < 55%. Data tersebut
dapat dirumuskan:
Skor yang diperoleh
N:
X 100%
Skor maksimum
Keterangan:
N: Hasil Presentase
G.
ETIKA PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan
ijin kepada Kepala Puskesmas Rewarangga untuk mendapat persetujuan, setelah
disetujui kemudian penulis menyebarkan kuesioner kepada subyek dengan menekan
pada etika yang meliputi:
1.
Informed Consent
Lembar persetujuan penelitian diberikan pada responden
adalah subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang
diteliti selama pengumpulan data.
2. Anonomity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti
tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner)
yang diisi oleh subyek. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu dan hanya
dapat dimengerti oleh peneliti sendiri.
3.
Confidentialy
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin
oleh peneliti (Nursalam, 2003)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Rewarangga merupakan salah satu Unit Pelaksana
Tehnis Daerah Kesehatan Kecamatan Ende Timur dengan wilayah kerja meliputi. Luas wilayah Kerja Puskesmas Rewarangga 42.810
KM2 dengan jumlah penduduk 4.755 jiwa dengan batas-batasnya sebagai
berikut:
a.
Sebelah Barat dengan
Wilayah Puskesmas Kota
b.
Sebelah Selatan dengan
Wilayah Puskesmas Ngalupolo
c.
Sebelah Utara dengan
Wilayah Puskesmas Nuabosi
d.
Sebelah Timur dengan
Wilayah Puskesmas Saga
Data ibu hamil diambil bulan April 2013 yaitu berjumlah
138 orang terdiri dari Bumil K4 Kelurahan Rewarangga 34 orang, Kelurahan
Rewarangga Selatan 51 orang, Kelurahan Lokoboko 22 orang, Desa Ndungga 12
orang, Desa Tiwu Tewa 8 orang dan Desa Kedebodu 11 orang dipilih secara acak
hingga jumlah populasi 69 orang, dengan besar sampel 20 persen dari populasi
yaitu 14 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan pedoman wawancara.
2.
Karakteristik Subyek Penelitian
Ciri khas responden menggambarkan keadaan sampel yang
menjadi unit analisis. Jumlah responden yang akan dilakukan analisis sebanyak 14
orang dan meliputi :
a.
Umur
Distribusi frekwensi ibu hamil K4 di Puskesmas Rewarangga
Tabel 3
Karakteristik Ibu Hamil K4 Berdasarkan Golongan Umur di
Puskesmas Rewarangga
Periode April 2013
No
|
Golongan Umur
|
F
|
%
|
1
|
< 20 Tahun
|
4
|
28.57
|
2
|
20 – 35 Tahun
|
7
|
50
|
3
|
>35 Tahun
|
3
|
21.43
|
Total
|
14
|
100
|
Tabel di atas menunjukan bahwa dari 8 responden terdapat 7
orang (50%) yang berumur 20 – 35 tahun adalah usia reproduktif, sedangkan 4
orang (28.57%) responden yang berumur kurang dari 20 tahun dan 3 orang (21.43%)
lebih dari 35 tahun merupakan ibu yang digolongkan dengan faktor resiko dan
perlu dilakukan pemantauan sehingga dapat mengurangi faktor resiko yang timbul
saat persalinan.
b. Tingkat Pendidikan
Distribusi tingkat pendidikan ibu hamil K4 Puskesmas
Rewarangga
Tabel 4
Karakteristik Ibu Hamil K4 Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Puskesmas Rewarangga
Periode April 2013
No
|
Tingkat
Pendidikan
|
F
|
%
|
1
|
SD
|
7
|
50
|
2
|
SMP
|
4
|
28.58
|
3
|
SMU
|
2
|
14.28
|
4
|
PT
|
1
|
7.14
|
Total
|
14
|
100
|
Dari tabel di atas menunjukan bahwa jumlah responden
berpendidikan SD sebanyak 7 orang (50%), SMP 4 orang (28.58%), SMU 2 orang ( 14.28%),
sedangkan responden yang berpendidikan PT
1 orang (7.14%).
c. Paritas
Semakin banyak jumlah anak tentunya mempengaruhi keadaan
kesehatan ibu dan anak itu sendiri. Upaya pendekatan melalui program KB sudah
dan terus dilakukan oleh Bidan maupun oleh kader Posyandu aktif. Tanpa
kesadaran dan pengertian dari pasangan suami istri maka segala upaya yang
dilakukan untuk menjarangkan kehamilan tetap sia-sia. Berikut adalah tabel
responden berdasarkan paritas.
Tabel 5
Karakteristik Ibu Hamil K4 Berdasarkan Paritas < GII
di Puskesmas Rewarangga
Periode April 2013
No
|
Umur
|
GI-GII
|
%
|
1
|
< 20 Tahun
|
1
|
7.14
|
2
|
20 – 35 Tahun
|
9
|
64.29
|
3
|
>35 Tahun
|
4
|
28.57
|
Total
|
14
|
100
|
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa responden
dengan jumlah kehamilan pertama dan kedua yang berusia antara 20 – 35 tahun berjumlah
9 orang (64.29%) sedangkan berusia <
20 tahun 1 orang ( 7.14%) dan responden
yang telah berusia diatas 5 tahun sebanyak 4 orang ( 28.57) merupakan ibu
beresiko.
Tabel 6
Karakteristik Ibu Hamil K4 Berdasarkan Paritas > GII
di Puskesmas Rewarangga
Periode April 2013
No
|
Umur
|
> GII
|
%
|
1
|
< 20 Tahun
|
-
|
0
|
2
|
20 – 35 Tahun
|
5
|
35.71
|
3
|
>35 Tahun
|
9
|
64.29
|
Total
|
14
|
100
|
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa responden
dengan jumlah kehamilan lebih dari kali dengan
usia 20 – 35 tahun berjumlah 5 orang (35.71%) dan kehamilan dengan usia diatas 35 kali sebanyak
9 orang (64.29%) dan beresiko serta perlu perhatian yang serius dari ibu maupun
tenaga kesehatan.
3.
Pengetahuan Ibu Hamil
tentang Antenatal Care
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik
kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam
masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan
guna menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan
terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter
umum dan bidan) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti
pedoman pelayanan antenatal yang ada diutamakan pada kegiatan promotif dan
preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1
dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil
merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke
fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan
K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil
sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan
distribusi sekali pada trisemester pertama, sekali pada trisemester kedua dan
dua kali pada trisemester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat
kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.
4.
Secara umum
upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pembangunan kesehatan telah menunjukkan
hasil yang cukup baik, namun masih ada beberapa program kesehatan yang belum
mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan dalam pencapaian upaya pembangunan
kesehatan di Kabupaten Ende, adalah sebagai berikut:
1.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Ende tahun 2011 sebesar 5 per 1000
Kelahiran Hidup yaitu 29 bayi yang meninggal dari 5442 Kelahiran Hidup.
2.
Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Ende tahun 2011 sebesar 1 per 1000
Kelahiran Hidup atau sebanyak 5 balita yang meninggal.
3.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Ende tahun 2011 sebesar 165 per 100.000
Kelahiran Hidup atau sebanyak 9 orang ibu melahirkan yang meninggal dari 5442
Kelahiran Hidup.
14. Persentase Berat bayi Lahir Rendah
(BBLR) di Kabupaten Ende tahun 2011 sebesar 2,43%
15. Prevalensi Balita Gizi Kurang di
Kabupaten Ende tahun 2011 sebesar 11,26%.
16. Prevalensi Balita Gizi Buruk di
Kabupaten Ende tahun 2011 sebesar 0,87%.
17. Kunjungan Ibu Hamil (K4) di Kabupaten
Ende tahun 2011 sebesar 66,54%
18. Persentase Persalinan ditolong oleh
Tenaga Kesehatan di Kabupaten Ende sebesar 79.83%
19. Persentase Pelayanan Ibu Nifas di Kabupaten
Ende tahun 2011 sebesar 65,29%.
20. Persentase Ibu Hamil Risiko
Tinggi/Komplikasi yang ditangani di Kabupaten Ende tahun 2011 sebesar 50,97%.
21. Persentase Neonatal Risiko Tinggi di
Kabupaten Ende tahun 2011 sebesar 22,45%.
24. Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap)
di Kabupaten Ende tahun 2011 sebesar 81,64%.
25. Kunjungan Bayi (minimal 4 kali) di
Kabupaten Ende tahun 2011 mencapai 82,05%.
26. Cakupan persentase desa/kelurahan UCI
di Kabupaten Ende tahun 2011 sebesar 50%.
36. Persentase penduduk miskin yang dicakup
Askeskin/Jamkesmas di Kabupaten Ende tahun 2011 sebesar 100%.
37. Cakupan masyarakat miskin yang mendapat
pelayanan rawat jalan di sarana kesehatan strata 1 di Kabupaten Ende tahun 2011
sebesar 88,85% dan cakupan masyarakat miskin yang mendapat pelayanan rawat inap
di sarana kesehatan strata 1 sebesar 0,90%.
38. Cakupan masyarakat miskin yang mendapat
pelayanan rawat jalan di sarana kesehatan strata 2 dan 3 di Kabupaten Ende
tahun 2011 sebesar 0,03% dan cakupan masyarakat miskin yang mendapat pelayanan
rawat inap di sarana kesehatan strata 2 dan 3 sebesar 0,01%.
48. Jumlah Posyandu di Kabupaten Ende tahun
2011 sebesar 586 buah, sedangkan persentase Posyandu Aktif sebesar 7,85% dengan
Rasio Posyandu per 100 balita sebesar 2,06 per 100 balita.
49. Jumlah Desa Siaga di Kabupaten Ende
tahun 2011 sebanyak 44 desa dengan persentase Desa Siaga Aktif sebesar 47,73%.
d) Jumlah bidan 185 orang, dengan rasio 71
per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 100 per 100.000 penduduk)
e) Jumlah perawat 390 orang, dengan rasio
150 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 117,5 per 100.000 penduduk)
Angka kematian Ibu senantiasa menjadi indikator
keberhasilan pembangunan sektor
kesehatan, AKI mengacu pada jumlah kematian Ibu yang
terkait dengan proses kehamilan,
persalinan dan nifas. Untuk melihat kecenderungan AKI di
Indonesia secara konsisten digunakan
data hasil SKRT dan SDKI. AKI menurun dari 450 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986
menjadi 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992,
selanjutnya menurun menjadi 373 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada tahun 2002
– 2003 AKI sebesar 307 per 100.000
kelahiran hidup diperoleh dari hasil SDKI 2002 - 2003,
dan kemudian menurun lagi menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI,2007).
Walaupun cenderung terus menurun, namun
bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara
nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar
125 per 100.000 kelahiran hidup, maka perlu upaya-upaya
luar biasa untuk mengatasi
permasalahan ini.
AKI Provinsi NTT pada periode 2004 – 2007 cenderung
mengalami penurunan yang cukup
bermakna. Pada tahun 2004 AKI NTT sebesar 554 per 100.000
kelahiran hidup (Surkesnas) dan
diperkirakan menurun menjadi 306 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2007 (proyeksi linier
kematian ibu di kabupaten/kota se provinsi NTT). Estimasi
penurunan AKI NTT ini lebih rendah dari
angka nasional 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI
2007). Untuk mengatasi masalah ini maka
Provinsi NTT telah menginisiasi terobosan-terobosan
dengan Revolusi KIA dengan motto semua
ibu melahirkan di Fasiitas
Kesehatan yang memadai. Dengan capaian indikator antaranya adalah
Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
- Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).
- Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan tahu dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada stiap kunjungan antenatal (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2002).
- Pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Prawiroharjo, 1999).
- Kunjungan ibu hamil atau ANC adalah pertemuan antara bidan dengan ibu hamil dangan kegiatan mempertukarkan informasi ibu dan bidan. Serta observasi selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum dan kontak sosial untuk mengkaji kesehatan dan kesejahteraan umumnya (Salmah, 2006).
- Kunjungan Antental Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan
- pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan
- kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson, 2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar